Radio ParaMudi Nuansa News | JSCgroupmedia ~ Harga emas melambung setelah rilis data tenaga kerja Amerika yang melemah.
Data ketenagakerjaan Amerika, pada Jumat pekan lalu, menunjukkan perlambatan tajam pertumbuhan lapangan kerja pada Agustus.
Berdasarkan FedWatch Tool CME Group, pelaku pasar menilai peluang pemangkasan suku bunga 25 basis poin pada pertemuan September mencapai 88 persen, dengan peluang 12 persen untuk pemotongan lebih agresif sebesar 50 basis poin.
Suku bunga yang lebih rendah akan menurunkan opportunity cost emas sehingga mendorong permintaan.
Sepanjang tahun ini, harga emas meroket 37 persen setelah mencatatkan lonjakan 27 persen pada 2024. Tren ini ditopang oleh pelemahan Dolar AS, akumulasi pembelian emas oleh bank sentral, kebijakan moneter yang lebih longgar, serta meningkatnya ketidakpastian global.
Dikutip dari Reuters, emas spot melonjak 1,3 persen menjadi 3.634,25 Dolar AS per ons setelah sempat menyentuh level tertinggi sepanjang masa di 3.646,29 Dolar AS.
Sementara itu, emas berjangka Amerika Serikat untuk kontrak pengiriman Desember ditutup menguat 0,7 persen menjadi 3.677,40 Dolar AS per ons.
Investor kini menanti data harga produsen AS yang dirilis Rabu dan data harga konsumen, sehari berselang, untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut arah kebijakan moneter the Fed.
Jika data ekonomi AS terus melemah, momentum bullish emas kemungkinan berlanjut seiring penurunan dolar dan imbal hasil obligasi. Sebaliknya, jika data menunjukkan ketahanan tak terduga, harga emas bisa terkoreksi dari level tinggi saat ini, menurut analis.
Harga logam lainnya juga menguat. Perak spot naik 0,8 persen menjadi 41,29 Dolar AS per ons, menyentuh level tertinggi sejak September 2011.
Platinum menguat 0,6 persen menjadi 1.381,49 Dolar AS. Paladium melesat 2,1 persen menjadi 1.132,87 Dolar AS. | Radio ParaMudi Nuansa News | RMOL | *** |
1 comment
oke